Mycoplasma pneumonia adalah suatu jenis infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae. Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang sangat kecil dan tidak memiliki dinding sel, sehingga sulit untuk diidentifikasi dan rentan terhadap pengobatan dengan antibiotik tertentu.
Infeksi yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae dapat mengakibatkan penyakit pneumonia atau radang paru-paru. Gejala umumnya mirip dengan pneumonia lainnya, termasuk batuk yang kering, demam, nyeri dada, kelelahan, dan sesak napas. Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala flu ringan.
Infeksi Mycoplasma pneumonia umumnya menyebar melalui tetesan air liur atau lendir yang terinfeksi dari saluran pernapasan seseorang yang sudah terinfeksi. Penularan dapat terjadi melalui bersin, batuk, atau kontak langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi.
Pengobatan infeksi Mycoplasma pneumoniae biasanya melibatkan antibiotik tertentu, seperti azitromisin atau doksisiklin. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rekomendasi pengobatan yang sesuai.
Perlu diingat bahwa pencegahan penyebaran infeksi ini melibatkan praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur dan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
Mycoplasma Pneumonia yang Sudah Masuk Jakarta
Menurut dr. Ngabila, seluruh pasien yang merupakan perempuan dengan rentang usia tiga hingga 10 tahun tersebut telah dinyatakan sembuh. Tiga kasus tersebut ditemukan pada awal hingga pertengahan November 2023 lalu.
“Tiga kasus pneumonia mycoplasma anak di DKI Jakarta sudah sembuh setelah isolasi selama 10 hingga 14 hari,” ujar dr. Ngabila, dikutip dari detikhealth, Rabu (6/12/2023).
dr. Ngabila mengungkapkan, ketiga pasien tersebut mengalami gejala berupa demam, batuk, mual, dan rokhi atau suara napas tambahan yang bernada rendah akibat penyumbatan jalan napas dari lendir.
Sebenarnya, apa itu Mycoplasma pneumonia?
Saat ini, Mycoplasma pneumonia diduga sebagai penyebab utama penyakit pneumonia ‘misterus’ yang menjangkit ribuan anak di China. Tidak hanya China, penyakit ‘misterius’ itu juga mulai menyebar ke Eropa.
Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. dr. Erlina Burhan menjelaskan bahwa Mycoplasma pneumoniae adalah kuman yang sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Covid-19 muncul.
“Kalau influenza, RSV (Respiratory Syncytial Virus), SARS-CoV-2 atau Covid-19 kita sudah banyak yang tahu, tapi kalau Mycoplasma pneumoniae ini memang jarang kita tahu dan jarang kita bahas karena kejadiannya tidak terlalu banyak,” ujar dr. Erlina dalam konferensi pers daring, dikutip Rabu (6/12/2023).
dr. Erlina mengatakan, Mycoplasma pneumoniae adalah salah satu bakteri penyebab pneumonia di dunia. Menurutnya, peningkatan kasus Mycoplasma pneumoniae dapat disebabkan oleh protokol kesehatan yang sudah tidak ditetapkan sejak Covid-19 berakhir sebagai pandemi.
“Kenapa di bulan November ini terjadi peningkatan (kasus infeksi saluran pernapasan) di China? Barangkali bisa jadi karena protokol kesehatannya sudah tidak dilaksanakan,” kata dr. Erlina.
Lebih lanjut, dr. Erlina mengatakan bahwa Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang ditularkan melalui cairan droplet di udara dan dapat menimbulkan gejala khas berupa batuk hingga beberapa minggu atau bulan.
“Mycoplasma ini adalah bakteri yang berukuran sangat kecil, memiliki genomen pendek hanya 0,58 hingga 2,20 Mb dan ditularkan dengan cairan droplet melalui udara,” jelas dr. Erlina.
Selain batuk yang dapat memburuk dan dapat bertahan hingga beberapa minggu atau bulan, Mycoplasma pneumoniae juga ditandai dengan gejala lainnya yang umumnya muncul satu hingga empat minggu setelah terinfeksi, yakni:
- Sakit tenggorokan
- Lemas
- Demam
- Nyeri kepala
- Ditemukan efusi pleura (penumpukan cairan di rongga pleura) atau eksaserbasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
“Sementara itu gejala yang timbul pada anak-anak di China itu bersin-bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mata berair, kadang-kadang ada mengi atau wheezing napasnya berbunyi, bahkan kalau batuknya terlalu sering bisa muntah dan diare,” kata dr. Erlina. Sumber