1. Pembagian Peran:
Menetapkan peran yang jelas bagi setiap anggota kelompok untuk memastikan partisipasi setiap individu dan mendorong kolaborasi.
2. Pertanyaan Terbuka:
Mengajukan pertanyaan terbuka yang merangsang pemikiran kritis dan memungkinkan berbagai pendapat dari anggota kelompok.
3. Mendorong Pendapat Berbeda:
Mendorong dan menghargai perbedaan pendapat dalam kelompok, menciptakan lingkungan yang mendukung keberagaman ide.
4. Pemilihan Tema yang Relevan dan Menarik:
Memilih topik atau tema diskusi yang relevan dan menarik bagi peserta didik untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi.
5. Fasilitasi Aktivitas Ice Breaker:
Memulai diskusi dengan aktivitas “ice breaker” untuk membangun suasana yang nyaman dan memfasilitasi interaksi antaranggota kelompok.
6. Penyediaan Panduan Diskusi:
Menyediakan panduan diskusi atau kerangka kerja yang membantu mengarahkan diskusi ke arah yang konstruktif dan kritis.
7. Rotasi Peran Facilitator:
Mengganti peran fasilitator dalam setiap sesi diskusi, memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk memimpin dan berpartisipasi aktif.
8. Menggunakan Teknologi Pendukung:
Memanfaatkan teknologi seperti platform daring atau aplikasi diskusi untuk mendukung dan memfasilitasi diskusi kelompok.
9. Pemantauan dan Umpan Balik:
Memantau secara aktif diskusi kelompok, memberikan umpan balik positif, dan mengarahkan kembali diskusi jika perlu.
10. Refleksi Bersama Setelah Diskusi:
Mendorong kelompok untuk merenung bersama setelah diskusi selesai, mengidentifikasi pelajaran yang dipetik dan mengidentifikasi langkah-langkah selanjutnya.
Dengan menerapkan upaya-upaya ini, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kolaboratif, kritis, dan inklusif melalui diskusi kelompok.